PARIGI MOUTONG, LENSAJURNAL.id – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, akan membangun sinergi kegiatan budidaya rumput laut yang terintegrasi dari hulu ke hilir pada aspek produksi, industri pengolahan serta manajemen pemasaran melalui program ‘Tasi Gaya’ (Integrasi Budidaya Rumput Laut Berbasis Kolaborasi).
Hal tersebut dilakukan guna mewujudkan sinergitas implementasi sebagaimana visi pemerintah daerah, yaitu “Memantapkan Kabupaten Parigi Moutong Terdepan, Maju, Adil, Merata, Berkelanjutan dan Berdaya Saing”.
“Dalam program pengembangan budidaya rumput laut di Kabupaten Parigi Moutong, kami akan membentuk kemitraan dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak termasuk pemerintah, swasta, akademisi dan komunitas lokal,” ujar Kadis DKP Kabupaten Parigi Moutong, Mohamad Nasir kepada media ini, Selasa (17/9/2024).
Nasir menjelaskan bahwa program TASI GAYA berfokus pada inovasi, kolaborasi, dan penciptaan nilai tambah serta kepemimpinan kewirausahaan yang dapat membantu memaksimalkan potensi budidaya rumput laut, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Upaya ini juga kata Nasir, sebagai salah satu bentuk mendukung pencapaian misi Kabupaten Parigi Moutong dalam meningkatkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan, mengentaskan kemiskinan, mewujudkan pembangunan ekonomi yang adil dan meningkatkan investasi berbasis sumberdaya perikanan menuju Indonesia Emas 2045.
Nasir pun menerangkan, Kabupaten Parigi Moutong termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 715 kawasan Teluk Tomini dengan memiiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang tinggi.
”Karena berada dalam lintasan garis khatulistiwa, sehingga memberikan peran penting terhadap kualitas perairan yang baik bagi pertumbuhan sumberdaya perikanan. Salah satu potensi sumberdaya perikanan sangat potensial adalah rumput laut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nasir menyebut bahwa rumput laut merupakan salah satu komoditi ekspor dunia dengan potensi pasar yang menguntungkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Khususnya rumput laut jenis Gracilaria dan Cotoni.
“Nilai potensi pasar global untuk ekspor jenis Gracilaria diperkirakan mencapai US$ 16,7 miliar. Ini menunjukkan besarnya permintaan dan nilai ekonomi di pasar internasional. Sedangkan nilai potensi pasar global untuk ekspor jenis Cotoni diperkirakan mencapai US$ 30,2 miliar untuk kepentingan berbagai industri,” tuturnya.
Selain itu, pasar rumput laut juga diperkirakan akan tumbuh dengan rata-rata sebesar 9,7 persen per tahun. Tentunya hal ini menandakan bahwa industri rumput laut sedang berkembang pesat dan memiliki prospek yang cerah untuk masa depan.
Ia juga menerangkan, pada 2022 Indonesia mengekspor rumput laut senilai US$ 0,61 miliar dan menyumbang 16,4 persen dari total ekspor rumput laut global. Hasil ini memberikan wawasan penting mengenai distribusi pasar dan negara-negara utama yang mengimpor rumput laut.
“Pangsa pasar yang signifikan hampir satu dari setiap enam dolar ekspor rumput laut global berasal dari Indonesia. Fakta ini menunjukan bahwa rumput laut Indonesia dihargai di pasar internasional dan memiliki daya saing yang kuat,” katanya.
Sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar ini, dukungan dari pemerintah, investasi dalam teknologi budidaya, pengolahan, dan pemasaran yang lebih baik akan sangat penting.
Secara geografis, ungkap Nasir, Kabupaten Parigi Moutong berada di wilayah pesisir dengan panjang garis pantai 512 km. Dari 283 desa yang tersebar di 23 kecamatan, sekitar 70 persen desanya terletak di wilayah pesisir dan jumlah pembudidaya rumput laut saat ini sebanyak 520 rumah tangga.
“Budidaya rumput laut saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data tahun 2023, produksi rumput laut Parigi Moutong baru mencapai 4.520 atau 624 ton. Produksi tersebut masih sangat rendah bila dibandingkan dengan jumlah rumah tangga pembudidaya dan potensi jumlah lokasi yang ada. Kondisi ini terjadi karena belum ada sinergitas kegiatan dan kolaborasi antar stakeholder dalam sistem pengelolaan budidaya rumput laut,” sebutnya.
Olehnya, Nasir berharap, melalui program TASI GAYA, seluruh stakeholder termasuk produsen serta eksportir rumput laut diminta untuk mampu merencanakan berbagai strategi guna memaksimalkan peluang di pasar global.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kelautan dan Perikanan, Uni Eropa mengimpor sebanyak 24,3 persen dari total rumput laut yang diperdagangkan secara global. Permintaan yang tinggi di Uni Eropa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penggunaan rumput laut dalam industri makanan, kosmetik, dan bioteknologi.
China mengimpor sebanyak 21,8 persen dari total rumput laut global. Permintaan di China dipicu oleh penggunaan rumput laut dalam makanan tradisional, obat-obatan, dan industri lainnya.
Sementara Amerika Serikat mengimpor sebanyak 9,6 persen dari total rumput laut global. Meski lebih kecil dibandingkan Uni Eropa dan China, pangsa pasar Amerika Serikat tetap signifikan. Rumput laut di Amerika Serikat digunakan dalam berbagai industri, termasuk makanan kesehatan, kosmetik, dan pertanian.
“Secara keseluruhan, indikator pangsa pasar ini menunjukkan di mana permintaan terbesar berada dan bagaimana produsen serta eksportir rumput laut dapat merencanakan strategi mereka untuk memaksimalkan peluang di pasar global,” pungkasnya.
Laporan : Abd. Latif