Upaya Merevitalisasi Bahasa Daerah, Kemendikbudristek Lakukan Hal ini

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, saat menggelar Silahturahmi Merdeka Belajar (SMB) 17: Revitalisasi Bahasa Daerah, Secara Virtual, Kamis (17/3) (Foto: Kemendikbudristek)
banner 120x600

JAKARTA, lensajurnal.id Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menggelar Silahturahmi Merdeka Belajar (SMB), Pentingnya upaya dan praktik baik masyarakat dalam merevitalisasi bahasa daerah menjadi penekanan yang disampaikan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, E. Aminudin Aziz, pada SMB bertajuk Revitalisasi Bahasa Daerah, Kamis (17/3).

“Fokus dengan generasi muda dan kreativitas merupakan cara kami untuk melakukan Revitalisasi Bahasa Daerah,” kata Aminudin melalui kanal YouTube Kemendikbud RI.

Acara ini menghadirkan para narasumber yang telah melakukan berbagai praktik baik dalam upaya merevitalisasi bahasa daerah. Pertama adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Ulfa Tenri Batari. Merujuk surat edaran Nomor 420 yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Gowa per tanggal 6 Agustus 2021 tentang Pelaksanaan Pelajaran Bahasa Daerah di Sulsel maka penggunaan Bahasa daerah Makassar telah digunakan setiap hari Jumat di seluruh satuan pendidikan.

“Selain itu, untuk Bahasa Makassar sebagai muatan lokal itu berdiri sendiri di dua jam pelajaran di setiap pekannya. Kami juga dibantu dibantu oleh Balai Bahasa Provinsi Sulsel menyelenggarakan Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat provinsi, serta berkolaborasi dengan radio lokal dalam pelestarian bahasa daerah untuk semua kalangan,” ungkapnya.

“Kami didukung oleh Ibu Bupati melalui Tim Penggerak PKK di Kabupaten Gowa dalam mempersiapkan Bahasa Makassar kepada anak. Terakhir, kami tergabung dalam Wiki Sulsel dalam Bahasa Makassar,” ucap Ulfa, menambahkan.

Kabupaten Gowa memiliki 18 kecamatan yang terdiri dari sembilan kecamatan berada di dataran tinggi dan sembilan kecamatan berada di dataran rendah. Di Sulsel pada umumnya terdapat 14 bahasa daerah.

Untuk diketahui lanjut dia, di Kabupaten Gowa, salah satu dari 14 bahasa daerah itu, ada Bahasa Makassar yang lazim digunakan masyarakat. Dari 14 bahasa daerah tersebut, terdapat tiga dialek yang dipakai yaitu Dialek Lakiung, Dialek Turatea dan Dialek Makassar Konjo.

Sementara itu, Narasumber berikutnya adalah Juara Pertama Lomba Pidato Tunas Bahasa Ibu Tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2021. Bunga Salsabila mengatakan alasan keikutsertaannya dalam lomba Pidato Bahasa Ibu, karena sudah jarang sekali anak-anak muda yang menggunakan bahasa daerahnya.

“Saya khawatir jika bahasa daerah ini lama-lama akan punah karena semakin banyak anak muda yang senang menggunakan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerahnya sendiri,” kata Bunga, yang juga aktif membuat konten menggunakan bahasa daerah ini.

Upayanya merevitalisasi bahasa daerah, ia berharap dapat memotivasi generasi muda untuk bangga menggunakan bahasa daerah.

“Untuk teman-teman semuanya jangan malu untuk berbahasa daerah kalau bukan yang kita sendiri dengan bahasa daerah ini lalu siapa lagi. Jangan hanya bangga menggunakan bahasa asing tapi juga menggunakan bahasa daerah dengan tetap utamakan bahasa Indonesia,” tegasnya.

Selanjutnya, Perwakilan Perkumpulan Pendidik Bahasa Indonesia, Risnawati, mengatakan bahwa tidak penting dalam menyukseskan revitalisasi bahasa daerah adalah dengan menciptakan iklim belajar yang menyenangkan bagi siswa.

Dia menjelaskan, bahwa mata pelajaran bahasa daerah memiliki tantangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Karena para pengajar harus mengungkapkan kecintaan dan kebanggaan dalam menggunakan bahasa daerah di tengah tantangan globalisasi dan rasa gengsi pada anak-anak muda.

Oleh karena itu, Risnawati menilai, FTBI dapat mendorong revitalisasi bahasa daerah di kalangan generasi muda.

“Kami dari PPBDI mengharapkan Festival Tunas Bahasa Ibu akan terus terselenggarakan setiap tahunnya agar dapat menjadi motivasi baru kami dalam mengajar bahasa daerah kepada generasi penerus bangsa,” jelasnya.

Sebelum belajar, ia mengajak para pengajar bahasa daerah untuk terus menciptakan iklim pembelajaran yang baik sehingga peserta didik menyukai bahasa daerahnya.

“Jika anak-anak murid tidak suka terhadap bahasa daerahnya maka akan sulit meskipun kita menggunakan metode terbaik dalam mengajar. Kita harus ambil hati anak agar mereka menerima ilmu yang akan kita berikan,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di laman kemdikbud.go.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *